BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah salah satu aspek penting
dalam kehidupan suatu bangsa. Di Indonesia, terdapat lebih dari 700 bahasa
daerah yang tersebar di seluruh kepulauan. Keragaman bahasa ini menjadi salah
satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, di sisi lain,
keragaman bahasa juga dapat menjadi sebuah tantangan dan bahkan ancaman bagi
persatuan dan kesatuan bangsa.
Salah satu kekayaan yang dimiliki oleh
Indonesia adalah keragaman budaya dan bahasa. Setiap daerah memiliki bahasa dan
dialek yang berbeda-beda, serta kaya akan kosakata dan ungkapan khas. Hal ini
mencerminkan keanekaragaman Indonesia sebagai negara kepulauan dengan beragam
suku dan adat istiadat. Keragaman bahasa juga menjadi salah satu daya tarik
bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi keindahan budaya Indonesia.1
Bahasa Jawa adalah salah satu dari ratusan
bahasa daerah di Indonesia. Biasanya digunakan oleh masyarakat di Jawa Tengah,
Jawa Timur, DIY, dan sebagian Jawa Barat. Mayoritas masyarakat yang menggunakan
bahasa Jawa adalah daerah Jawa Timur. Begitu pula dengan Jawa Tengah, namun
Jawa Tengah sebagian menggunakan bahasa Sunda .
Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang
digunakan oleh masyarakat di wilayah Jawa Barat, Indonesia. Sama seperti Bahasa
Jawa, Bahasa Sunda juga memiliki sejarah dan khasanah budaya yang kaya. Bahasa
Sunda bukan hanya di Jawa Barat saja. Salah satunya pada daerah Lampung. Pada
daerah Lampung juga sebagian menggunakan bahasa Sunda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keragaman bahasa Jawa dan Sunda
2. Bagaimana perkembangan bahasa Jawa dan Sunda
3. Faktor penyebab lunturnya bahasa Jawa dan
Sunda
4. Bagaimana Cara Mengatasi Lunturnya Keragaman
Bahasa
C. Tujuan Masalah
- Mengetahui
keberagaman bahasa Jawa dan Sunda supaya tetap mengenal akan kebudayaan
bahasa Indonesia .
- Mengetahui
bagaimana perkembangan bahasa Jawa dan Sunda dari zaman dahulu hingga
sekarang .
- Mengetahui
sebab akibat bahasa Jawa dan Sunda luntur pada masa sekarang.
- Supaya
semakin memperkuat kembali akan bahasa daerah yang telah luntur.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana Keberagaman Bahasa Jawa dan
Sunda
Keberagaman bahasa merupakan salah satu bentuk
kekayaan budaya bangsa yang bernilai tinggi. Berbagai bahasa daerah yang masih
kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari menyertai penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa tuturan utama. Hal ini mengakibatkan masyarakat
Indonesia didominasi oleh penutur dwibahasa atau multibahasa. Namun,
keberagaman dalam penggunaan bahasa ini terkadang dapat memunculkan perbedaan
persepsi di antara penuturnya.
Keberagaman bahasa Jawa dan Sunda di Indonesia sangat
kaya dan menarik. Kedua bahasa tersebut memiliki sejarah, budaya, dan
karakteristik unik yang mencerminkan keberagaman etnis dan budaya di Indonesia.
Dari segi kosakata, tata bahasa, dan cara berbicara, bahasa Jawa dan Sunda
memiliki perbedaan yang mencolok, tetapi keduanya sama-sama penting dalam
memperkaya warisan budaya Indonesia. Seperti dalam Q.S Ar. Rum ayat 22 yang
menerangkan tentang berbahasa.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi Dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang Demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang Mengetahui.”
Dalam ayat tersebut menerangkan tentang keberagaman
bahasa. Dalam tafsir AN-NUR KARYA HASBIE ASH-SHIDDIEQIY menerangkan “awal
mulanya bahasa terjadi adalah mula-mula dengan meniru suara yang terdengar oleh
sekelompok manusia”. Bahasa yang berbeda-beda tersebut muncul dari mereka
sendiri yang menciptakan untuk masing-masing di daerah tersendiri.
Bahasa Jawa merupakan salah satu dari lebih kurang 400
bahasa daerah dan dialek yang ada di Indonesia sebagai salah satu bahasa
daerah, bahasa daerah dipandang dari pendukung penuturnya, ternyata memiliki
wilayah pakai yang cukup luas. Daerah pemakaian tersebut membentang dari
perbatasan Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogyakarta, sampai Jawa
Timur. Dengan demikian bahasa Jawa juga memiliki dialek yang tidak sedikit jumlahnya,
misalnya dialek pesisir utara Jawa Tengah, dialek Banyumasan, dialek
Banyuwangi, dialek Surabaya, dan dialek Yogyakarta.
Dialek merupakan perlambangan dan pengkhususan dari
bahasa induk.Dialek juga dapat diartikan sebagai sistem kebahasaan yang digunakan
oleh suatu masyarakat untuk membedakan dari masyarakat. Berikut terdapat
pembagian daerah yang memiliki dialek- dialek khusus.
- Rumpun Dialek
Banyumas
Rumpun
dialek Banyumas dibagi menjadi beberapa macam, sebagai berikut:
a) Dialek Pekalongan b) Dialek Pemalang
c) Dialek Banyumas
- Dialek Kedu
Dialek
Kedu terbagi ke dalam dua subdialek, yaitu:
a) Subdialek Bagelan b) Subdialek Suriname
- Dialek
Mataram
Dialek
Mataram terbagi ke dalam dua subidalek, yaitu:
a) Subdialek Blora
b) Subdialek Pantai Utara
- Dialek
Surakarta
Dalam
dialek Surakarta terdapat dua subdialek, yaitu:
A. Subdialek Semarang
B. Subdialek Yogyakarta
- Dialek Tegal
Nah,
itu dia dialek dialek bahasa Jawa yang ada di Jawa Tengah.
Di dalam bahasa Jawa terdapat beberapa ragam bahasa
yang digunakan tergantung pada konteks dan situasi komunikasi. Hal tersebut
tergantung pada jenis bahasa Jawa yang digunakan.
B. Jenis-jenis Bahasa Jawa
- Ngoko (Biasa)
Merupakan
ragam bahasa yang digunakan dalam situasi komunikasi sehari-hari antara sesama
teman sebaya, keluarga, atau orang yang lebih muda secara sosial. Ngoko adalah
bentuk bahasa Jawa yang lebih santai dan umum digunakan dalam percakapan
sehari-hari. Berikut beberapa contoh bahasa Jawa Ngoko:
- “Aku
arep mangan nang warung iki.” (Saya ingin makan di warung ini.)
- “Kowe
piye kabare?” (Bagaimana kabarmu?)
- “Kulo
loro, sakit getih.” (Saya tidak enak badan, sakit kepala.)
- Madya
(Menengah)
Merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
formal antara orang yang memiliki perbedaan status sosial, seperti antara orang
yang lebih tua dan yang lebih muda. Berikut beberapa contoh bahasa Jawa Madya:
- “Kula
badhe mangan ing warung iki.” (Saya akan makan di warung ini.)
- “Sampeyan
piyambakabare?” (Bagaimana kabar Anda?)
- “Ingsun
krasa ora enak, pitik.” (Saya merasa tidak enak, pusing.)
- Krama (Hormat)
Merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
formal atau resmi, seperti ketika berbicara dengan orang yang lebih tua,
atasan, atau dalam situasi resmi seperti pidato atau acara adat. Berikut
beberapa contoh bahasa Jawa Krama:
- “Dalem
ingsun badhe nedha mangan ing warung punika.” (Saya akan makan di warung
itu.)
- “Gusti,
sampeyan sehat?” (Tuhan, apakah Anda sehat?)
- “Kulo
sampun nglemah, sumuk.” (Saya sudah merasa lemah, sakit kepala.)
- Krama Inggil
(Sangat Hormat)
Merupakan ragam bahasa yang sangat sopan dan digunakan
dalam situasi-situasi yang sangat formal atau saat berbicara dengan orang yang
sangat dihormati, seperti tokoh agama atau kepala negara. Berikut beberapa
contoh bahasa Jawa Krama Inggil:
- “Sira
pramulya, kawula gusti matur nuwun dados menika.” (Tuanku yang mulia,
hamba yang hina ini mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya.)
- “Dalem
ingkang satriya, mangkana kakiwanira.” (Kedalamanku yang mulia,
demikianlah hamba ini.)
- “Sugeng
enjing, karsa samya kinasih.” (Selamat pagi, semoga kasih berlimpah.) terdapat
beberapa ragam bahasa yang digunakan tergantung pada konteks dan situasi
komunikasi, mirip dengan bahasa Jawa.
C. Jenis-jenis Bahasa Sunda
- Ngaran Basa
(Biasa)
Merupakan
ragam bahasa yang digunakan dalam situasi komunikasi sehari-hari antara sesama
teman sebaya, keluarga, atau orang yang lebih muda secara sosial. Berikut
beberapa contoh bahasa Sunda Ngaran Basa:
· “Abdi
bogoh ka Bandung dina Minggu ieu.” (Saya akan pergi ke Bandung hari Minggu
ini.)
· “Anjeun
rék ngaranna naon?” (Anda dipanggil dengan apa?)
· “Abdi
hese kaluar sareng kuring.” (Saya ingin keluar bersama saya.)
- Ngaran Krama
(Hormat)
Merupakan
ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau resmi, seperti ketika
berbicara dengan orang yang lebih tua, atasan, atau dalam situasi resmi seperti
pidato atau acara adat. Berikut beberapa contoh bahasa Sunda Ngaran Krama:
· “Hirup teh pangsaéna, nuju bade nyiapkeun
sagala hal pikeun proyék ieu.” (Hidup itu penting, menuju ke arah persiapan
segala sesuatu untuk proyek ini.)
· “Gusti, nuju nuhun ka anjeun kanggo kajadian
sadaya anu aya.” (Tuhan, kami berterima kasih atas segala kejadian yang ada.)
· “Bapak, mahuman abdi nyariosna eta tugas dina
minggu ieu.” (Bapak, izinkan saya menyelesaikan tugas ini pada minggu ini.)
- Ngaran Halus
(Sangat Hormat)
Merupakan
ragam bahasa yang sangat sopan dan digunakan dalam situasi-situasi yang sangat
formal atau saat berbicara dengan orang yang sangat dihormati, seperti tokoh
agama atau kepala negara. Berikut beberapa contoh bahasa Sunda Ngaran Halus:
· “Gusti,
kirangna dipikacinta, anjeun teh kalayan hadir saéna.” (Tuhan, dengan rendah
hati, Anda sangat berarti bagi keberadaan kami.)
· “Kawas
sadaya anu tiis matur nuwun, pangaksamaan hatur nuwun.” (Semua yang diterima
dengan baik, terima kasih yang sebesar-besarnya, penghormatan yang besar terima
kasih.)
· “Mangga
bapa, kalayan kidung nungtung di dina Minggu dina warung Sabtu ieu.” (Tolong,
bapak, dengan hormat menunggu pada hari Minggu di warung Sabtu ini.)
Ragam bahasa ini juga mencerminkan tingkat kesopanan,
hormat, dan hierarki sosial dalam budaya Sunda. Meskipun terdapat perbedaan
dengan bahasa Jawa, prinsip penggunaan ragam bahasa ini serupa dalam menjaga
norma-norma sosial dan budaya.
D. Perkembangan Bahasa Jawa dan Sunda
a.
Perkembangan Bahasa Jawa
Bahasa Jawa telah mengalami perkembangan yang kaya
selama berabad-abad, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebudayaan
Hindu-Buddha, Islam, dan kolonialisme Belanda. Selama masa keemasannya, sastra
Jawa mencapai puncaknya dengan karya-karya epik seperti “Ramayana” dan
“Mahabharata” versi Jawa, serta karya-karya sastra klasik seperti “Serat
Centhini” dan “Serat Wedhatama”. Selain itu, bahasa Jawa memiliki dialek-
dialek yang beragam tergantung pada wilayah geografis dan konteks sosialnya.
Dalam era modern, bahasa Jawa terus berkembang dengan adanya pengaruh
globalisasi dan teknologi, namun tetap mempertahankan kekayaan budaya dan
identitasnya.
Di lingkungan saat ini, bahasa Jawa terus mengalami
perkembangan yang beragam tergantung pada konteks dan lokasi geografisnya.
Berikut adalah beberapa aspek perkembangan bahasa Jawa dalam lingkungan saat
ini:
1.
Penggunaan dalam Keluarga:
Bahasa
Jawa masih menjadi bahasa utama yang digunakan dalam komunikasi sehari- hari.
Namun, penggunaannya mungkin cenderung menurun di beberapa keluarga yang lebih
muda karena pengaruh dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
2.
Penggunaan di Sekolah:
Di
sekolah-sekolah di Jawa, bahasa Jawa biasanya diajarkan sebagai mata pelajaran
dan dipromosikan sebagai bagian penting dari warisan budaya Jawa. Namun,
penggunaannya dalam lingkungan sekolah bisa beragam tergantung pada kebijakan
sekolah dan tingkat minat siswa.
3.
Penggunaan di Media:
Bahasa
Jawa masih ditemukan dalam berbagai media massa lokal seperti surat kabar, majalah,
dan siaran radio. Namun, penggunaannya mungkin sedikit tergeser oleh bahasa
Indonesia dalam beberapa konteks.
4.
Penggunaan di Media Sosial:
Media
sosial telah menjadi platform yang penting untuk menyebarkan bahasa dan budaya
Jawa. Banyak pengguna media sosial yang menggunakan bahasa Jawa dalam status,
komentar, dan konten lainnya untuk memperkuat identitas budaya mereka dan
berinteraksi dengan komunitas Jawa yang lebih luas.
5.
Penggunaan di Lingkungan Urban:
Di
lingkungan urban di Jawa, penggunaan bahasa Jawa mungkin cenderung menurun
karena adopsi budaya global dan pengaruh bahasa Indonesia yang lebih dominan.
Namun, masih ada upaya untuk mempertahankan dan mempromosikan penggunaan bahasa
Jawa di antara generasi muda melalui acara budaya, festival, dan inisiatif
komunitas.
Di era modern, bahasa
Jawa tetap memiliki peran yang signifikan di masyarakat Jawa, meskipun terdapat
tekanan dari bahasa Indonesia yang lebih dominan secara nasional. Namun, bahasa
Jawa terus digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari komunikasi sehari- hari
di rumah dan masyarakat lokal hingga seni pertunjukan tradisional seperti
wayang kulit dan wayang orang. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir,
bahasa Jawa juga semakin populer di media sosial dan platform digital, dengan
munculnya blog, vlog, dan podcast.
Di media sosial,
penggunaan bahasa Jawa cukup populer di antara pengguna yang berasal dari
wilayah Jawa dan juga di antara orang-orang yang tertarik dengan budaya Jawa.
Beberapa cara penggunaan bahasa Jawa yang populer di media sosial meliputi:
1.
Status dan Caption:
Banyak
pengguna media sosial menggunakan bahasa Jawa untuk menulis status atau caption
pada foto atau video mereka. Ini bisa menjadi cara untuk mengekspresikan diri
secara lebih dalam atau untuk menunjukkan identitas budaya.
2.
Meme dan Humor:
Komunitas bahasa Jawa di media sosial sering
menggunakan bahasa Jawa dalam meme, meme-video, atau humor berbasis teks untuk
menghibur dan berbagi kegembiraan dengan pengguna lainnya. Berikut contoh meme
bahasa Jawa:
3.
Grup dan Komunitas:
Ada
banyak grup dan komunitas di media sosial yang didedikasikan untuk pengguna
bahasa Jawa. Di sini, anggota berbagi cerita, meme, informasi, dan karya seni
dalam bahasa Jawa.
4.
Konten Kreatif:
Ada
pengguna media sosial yang menciptakan konten kreatif seperti lagu, puisi, dan
cerita dalam bahasa Jawa, yang kemudian dibagikan dan diapresiasi oleh
komunitas bahasa Jawa di platform tersebut. Untuk saat ini yang paling populer
pada masa sekarang adalah konten lagu Jawa. Seperti konten lagu Mbak Niken
Salindry yang sekarang sedang populer dikalangan lagu jawa.
Melalui
penggunaan bahasa Jawa di media sosial, budaya dan kekayaan bahasa Jawa tetap
terjaga dan tersebar luas di antara generasi muda serta di kalangan pengguna
yang tertarik dengan keanekaragaman budaya Indonesia.
b.
Perkembangan bahasa Sunda
Bahasa Sunda juga telah mengalami perkembangan yang
kaya sepanjang sejarahnya. Bahasa ini dipengaruhi oleh budaya Sunda yang kaya
dan beragam, serta interaksi dengan budaya-budaya lain di Nusantara, seperti budaya
Jawa dan Sunda. Selama masa kejayaan Kerajaan Sunda, bahasa Sunda berkembang
sebagai bahasa resmi dan digunakan dalam sastra, puisi, dan dokumen-dokumen
resmi. Setelah masa kolonialisme Belanda, bahasa Sunda mengalami perubahan
dengan adanya penyebaran agama Islam dan pengaruh budaya Eropa.
Perkembangan
bahasa Sunda di
Indonesia melibatkan beberapa
aspek, termasuk penggunaan
sehari-hari, pendidikan formal, sastra, dan media massa. Perubahan sosial dan teknologi
juga mempengaruhi bagaimana bahasa Sunda digunakan dan dipertahankan oleh
generasi muda. Berikut beberapa aspek perkembangan bahasa Sunda:
- Penggunaan
Sehari-hari
Bagaimana
bahasa Sunda digunakan dalam percakapan
sehari-hari di lingkungan keluarga,
masyarakat, dan tempat kerja.
- Pendidikan
Formal
Bagaimana
bahasa Sunda diajarkan dan dipertahankan di sekolah-sekolah, termasuk
pembelajaran sastra, tata bahasa, dan keterampilan berbicara.
- Sastra
Perkembangan
dan pelestarian karya sastra dalam bahasa Sunda, termasuk puisi, prosa, dan
drama, serta upaya untuk melestarikan warisan sastra.
- Media Massa
Peran
media massa dalam mempromosikan dan melestarikan bahasa Sunda melalui siaran
televisi, radio, dan media online.
- Perubahan
Sosial dan Teknologi
Bagaimana
perubahan dalam masyarakat dan teknologi memengaruhi penggunaan bahasa Sunda,
termasuk pengaruh bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya.
Di era modern, bahasa
Sunda tetap menjadi bahasa yang penting bagi masyarakat di wilayah Jawa Barat
dan sekitarnya. Meskipun bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang lebih
dominan secara nasional, bahasa Sunda masih digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, budaya populer, dan seni tradisional seperti seni wayang golek.
Selain itu, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda juga menghadapi tantangan dalam
melestarikan dan mengembangkan penggunaannya di tengah pengaruh globalisasi dan
perubahan pola komunikasi masyarakat modern.
Di era modern, bahasa
Sunda tetap memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Meskipun bahasa Indonesia menjadi bahasa
resmi yang dominan di tingkat nasional, bahasa Sunda tetap digunakan dalam
berbagai konteks, mulai dari percakapan sehari-hari di rumah dan lingkungan
sosial hingga media massa lokal seperti surat kabar, radio, dan televisi.
Selain itu, dalam
beberapa tahun terakhir, bahasa Sunda juga semakin hadir di platform digital,
dengan munculnya blog, vlog, dan podcast berbahasa Sunda yang memperkaya
penggunaan bahasa tersebut. Meskipun demikian, seperti banyak bahasa daerah
lainnya, bahasa Sunda juga menghadapi tantangan dalam menjaga kelestariannya di
era modern, seperti pengaruh dari bahasa Indonesia dan perubahan dalam pola
komunikasi masyarakat. Upaya untuk melestarikan dan mengembangkan penggunaan
bahasa Sunda, baik dalam konteks formal maupun informal, tetap penting bagi
pelestarian identitas dan budaya masyarakat Sunda.
Penggunaan bahasa Sunda
di era modern masih cukup relevan meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan
dari globalisasi dan teknologi. Beberapa contoh penggunaan bahasa Sunda di era
modern:
1.
Media Sosial
Bahasa
Sunda sering digunakan dalam berbagai platform media sosial seperti Facebook,
Twitter, dan Instagram, baik untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga
maupun untuk menyampaikan pesan-pesan budaya dan humor.
2.
Pendidikan dan Literasi
Meskipun
bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar di sekolah, upaya untuk mempertahankan
pengajaran bahasa Sunda terus dilakukan, baik dalam bentuk program
ekstrakurikuler, festival sastra, atau kegiatan literasi lokal.
3. Industri Kreatif
Bahasa
Sunda juga digunakan dalam industri kreatif seperti musik, film, dan seni
pertunjukan, di mana lirik lagu, skenario, dan dialog sering menggunakan bahasa
Sunda untuk mengekspresikan identitas budaya dan regional.
4.
Bisnis dan Pariwisata
Di
daerah-daerah yang berbahasa Sunda, penggunaan bahasa ini tetap relevan dalam
bisnis dan sektor pariwisata untuk berkomunikasi dengan masyarakat lokal dan
wisatawan, serta memperkuat identitas budaya daerah.
5.
Pengajaran Online
Ada
juga upaya untuk mempertahankan dan mempromosikan bahasa Sunda melalui platform
pembelajaran online, seperti kursus bahasa, aplikasi, dan situs web yang
menyediakan materi dan pelajaran bahasa Sunda kepada mereka yang tertarik.
Dengan berbagai inisiatif ini, bahasa Sunda
terus hidup dan berkembang di era modern, memainkan peran penting dalam
memperkuat identitas budaya dan kesatuan komunitas di wilayah tempat bahasa ini
digunakan.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Lunturnya Bahasa Jawa dan Sunda
Masuknya bahasa asing melalui media-media
membuat bahasa daerah menjadi terpinggirkan. Di era globalisasi sekarang ini
bahasa daerah sudah mulai luntur dengan drastis.Contohnya penggunaan bahasa
Jawa yang sudah jarang dipakai lagi. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan
tidak mungkin beberapa tahun mendatang bahasa Jawa akan punah terkikis zaman.
Salah satu penyebab punahnya bahasa daerah
adalah bahasa nasional sendiri yaitu bahasa Indonesia, karena secara tidak
langsung penutur bahasa daerah menjadi enggan mengajarkan bahasa daerah pada
keturunannya. Menurut penulis, lunturnya bahasa daerah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu dari lingkungan keluarga,penggunaan bahasa dalam
pendidikan dan kurangnya minat generasi muda untuk melestarikan bahasa daerah.
Dalam lingkungan keluarga, orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia
dalam berkomunikasi sehari-hari dengan keluarga dan anak-anaknya. Orang tua
jarang mengajarkan bahasa daerah pada anak-anaknya, sehingga anakkurang fasih
berbicara menggunakan bahasa daerah.
Di lingkungan sekolah pengggunaan bahasa
daerah hampir tidak pernah diucapkan karena mayoritas pendidik menggunakan
bahasa Indonesiadalam bertutur kata. Pada mata pelajaran bahasa daerah dikenal
dengan istilah “Muatan Lokal” yang hanya diberikan pada anak SD sampai SMP.
Sedangkan untuk tingkat SMU/MA/SMK pelajaran bahasa daerah sudah tidak diberikan.
Banyak generasi muda yang beranggapan bahwa bahasa daerah adalah bahasa kuno
dan dianggap kampungan. Mereka lebih senang dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia atau bahasa asing yang dianggap lebih maju danmodern. Beberapa bahkan
tidak perduli dengan bahasa daerah dan enggan menggunakannya.
Budaya dan nilai-nilai yang berlaku di
anak muda sekarang ini telah mengeyampingkan bahasa daerah. Tidak ada lagi
kesadaran bahwa bahasa daerah merupakan warisan budaya luhur yang harus
dilestarikan. Menggunakan bahasa Indonesia dan menguasai bahasa asing memang
tidak ada salahnya karena tuntutan dunia kerja yang semakin berdaya saing
global dan mengharuskan menguasai bahasa asing. Namun, bukan berarti kita
melupakan bahasa daerah yang notabennya merupakan bahasa sendiri. Sudah
sepatutnya kita sebagai generasi penerus bangsa mencintai dan bangga
menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari disamping bahasa nasional
dan bahasa asing.
- Faktor
Penyebab Lunturnya Bahasa Jawa
1.
Faktor Internal
•
Penurunan Jumlah Penutur Asli
Penurunan
jumlah penutur asli bahasa Jawa akibat urbanisasi, migrasi, atau perubahan
demografi dapat mengakibatkan berkurangnya penggunaan bahasa Jawa dalam
kehidupan sehari-hari.
•
Penggunaan Bahasa Indonesia
Penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah
menggeser penggunaan bahasa Jawa dalam konteks formal dan informal.
•
Modernisasi dan Globalisasi
Perubahan
gaya hidup, pengaruh media massa, dan budaya populer global dapat menyebabkan
generasi muda lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing
lainnya daripada bahasa Jawa.
•
Pelestarian Budaya yang Kurang
Kurangnya
upaya dalam melestarikan dan mempromosikan bahasa Jawa dari pemerintah dan
masyarakat dapat menyebabkan penurunan minat dan penggunaan bahasa tersebut.
•
Perubahan Struktur Sosial
Perubahan
dalam struktur sosial, seperti peningkatan mobilitas sosial dan ekonomi, dapat
mengubah preferensi bahasa dan nilai-nilai budaya, menyebabkan penurunan
penggunaan bahasa Jawa.
2.
Faktor eksternal
•
Pengaruh Bahasa Nasional
Dominasi
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa pengantar di berbagai sektor
sosial dan ekonomi mengurangi kebutuhan dan motivasi untuk menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi formal dan informal.
•
Pengaruh Media Massa
Penetrasi
media massa, termasuk televisi, radio, dan internet, dengan penggunaan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, mempengaruhi preferensi
bahasa masyarakat, terutama generasi muda, yang kemungkinan besar lebih
terpapar pada bahasa tersebut.
•
Globalisasi
Peningkatan
interaksi global dan mobilitas internasional membawa pengaruh budaya dan bahasa
asing, yang dapat menggeser penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari,
terutama di lingkungan perkotaan.
•
Pekerjaan dan Pendidikan
Persyaratan
penggunaan bahasa Indonesia dalam lingkungan pekerjaan dan pendidikan formal
membuat orang-orang lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam
situasi-situasi tersebut, bahkan di wilayah yang sebelumnya berbahasa Jawa.
•
Perubahan Demografi
Migrasi
penduduk dari daerah-daerah berbahasa Jawa ke daerah yang berbahasa Indonesia
atau bahasa daerah lainnya juga dapat mengurangi jumlah penutur dan pengguna
bahasa Jawa, menyebabkan penurunan penggunaan bahasa tersebut secara
keseluruhan.
- Faktor
Penyebab Lunturnya Bahasa Sunda
1.
Faktor Internal
· Perubahan
Gaya Hidup
Masyarakat
yang lebih mengadopsi gaya hidup modern cenderung menggunakan bahasa Indonesia
atau bahasa lain yang lebih dominan secara nasional.
· Kurangnya
Penggunaan di Lingkungan Pendidikan
Pengajaran
dan penggunaan bahasa Sunda mungkin kurang diintegrasikan dalam lingkungan
pendidikan formal, sehingga generasi muda kurang terpapar dan menggunakan
bahasa tersebut.
· Pengaruh
Media Massa
Media
massa, seperti televisi dan internet, sering menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa utama, mengurangi eksposur terhadap bahasa Sunda.
· Migrasi
dan Urbanisasi
Migrasi
dan urbanisasi dapat menyebabkan pemisahan dari lingkungan yang kaya akan
budaya dan bahasa Sunda, yang mengarah pada penggunaan yang lebih sedikit atau
hilangnya pemahaman terhadap bahasa tersebut.
· Pengaruh
Globalisasi
Globalisasi
membawa budaya luar dan bahasa-bahasa lain yang mungkin lebih menarik bagi
masyarakat, sehingga menggeser penggunaan bahasa Sunda dalam komunikasi
sehari-hari.
· Kurangnya
Penelitian dan Pelestarian
Upaya
untuk menyelamatkan dan melestarikan bahasa Sunda mungkin kurang, seperti
kurangnya penelitian, penerbitan, dan dukungan kebijakan yang diperlukan.
2.
faktor eksternal
· Dominasi
Bahasa Indonesia
Sebagai
bahasa resmi dan dominan di Indonesia, bahasa Indonesia cenderung menggantikan
bahasa-bahasa daerah, termasuk bahasa Sunda, dalam komunikasi sehari-hari.
· Pengaruh
Media Massa Nasional
Media
massa nasional, seperti televisi dan radio, cenderung menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa utama, mengurangi eksposur dan penggunaan bahasa Sunda
di media.
· Globalisasi
Pengaruh
globalisasi membawa budaya dan bahasa luar yang mungkin lebih menarik bagi
masyarakat, mengurangi minat dan penggunaan bahasa Sunda dalam interaksi
sehari-hari.
· Pendidikan
Kurangnya
penekanan dan pengajaran bahasa Sunda di sekolah-sekolah dapat mengurangi
kemampuan generasi muda untuk berkomunikasi dalam bahasa tersebut.
· Urbanisasi
dan Migrasi
Perpindahan
penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan dan migrasi antarkota dapat
menyebabkan penggunaan bahasa Sunda menjadi terpinggirkan oleh bahasa-bahasa
yang lebih umum digunakan di kota-kota besar.
· Perkembangan
Teknologi Komunikasi
Penggunaan
teknologi komunikasi modern, seperti smartphone dan media sosial, cenderung
menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sebagai bahasa utama,
mengurangi penggunaan bahasa Sunda dalam komunikasi online.
F. Cara Mengatasi Lunturnya Keberagaman
Bahasa
Dilansir
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, beberapa cara Mencegah kepunahan bahasa daerah:
· Menerbitkan
bacaan atau majalah dengan bahasa daerah setempat.
· Menggunakan
bahasa daerah pada saat di rumah
· Menyelenggarakan
acara-acara yang dapat melestarikan bahasa daerah, seperti karya tuklis, drama,
puisi, dan lainnya.
· Bahasa
daerah menjadi bagian dari muatan lokal di sekolah.
· Orangtua mengajarkan
bahasa daerah kepada
anak-anaknya untuk berkomunikasi
keseharian.
Untuk mengatasi lunturnya keragaman bahasa, termasuk
bahasa Jawa dan Sunda, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1.
Pendidikan
Memperkuat pengajaran dan penggunaan bahasa
daerah, seperti bahasa Sunda, di sekolah-sekolah untuk memastikan generasi muda
tetap terhubung dengan warisan budaya dan bahasa mereka.
2.
Penggunaan
dalam Media
Mendorong penggunaan bahasa daerah dalam media
massa lokal, seperti televisi, radio, dan surat kabar, untuk meningkatkan
eksposur dan kebiasaan penggunaan bahasa daerah di masyarakat.
3.
Kampanye
Kesadaran
Melakukan kampanye kesadaran tentang pentingnya
melestarikan bahasa daerah dan mendorong orang untuk menggunakan bahasa daerah
dalam komunikasi sehari-hari.
4.
Pelestarian
Budaya
Mengadakan acara budaya, festival, dan
pertunjukan yang mempromosikan bahasa daerah dan kebudayaan lokal untuk
meningkatkan kebanggaan dan pemahaman masyarakat terhadap warisan budaya
mereka.
5.
Penelitian
dan Literatur
Mendorong penelitian dan penulisan dalam bahasa
daerah untuk memperkaya literatur dan sumber daya yang tersedia dalam bahasa
tersebut.
6.
Dukungan
Kebijakan
Menerapkan kebijakan yang mendukung pelestarian
bahasa daerah, seperti subsidi untuk penerbitan buku dalam bahasa daerah,
pendanaan untuk program pengajaran bahasa daerah, dan perlindungan terhadap
penggunaan bahasa daerah di lembaga pemerintah dan publik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberagaman bahasa Jawa
dan Sunda memiliki pengertian yang dalam, mencakup pemahaman tentang
jenis-jenis bahasa tersebut dan perkembangannya seiring waktu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi lunturnya bahasa Jawa dan Sunda juga telah diuraikan dengan
baik, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Selain itu, pembahasan juga
mengenai cara-cara untuk mengatasi lunturnya keberagaman bahasa tersebut telah
disampaikan. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam terhadap aspek-aspek ini
diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih baik tentang pentingnya menjaga
keberagaman bahasa Jawa dan Sunda dalam konteks sosial dan budaya.
Dari pembahasan
tersebut, dapat disimpulkan mengenai keberagaman bahasa Jawa dan Sunda sebagai
berikut:
- Upaya untuk mempertahankan keberagaman
bahasa
Mempertahankan
keberagaman bahasa penting untuk melestarikan warisan budaya, mempromosikan
pemahaman lintas budaya, dan meningkatkan inklusi sosial. Melalui upaya-upaya
ini, kita bisa membangun masyarakat yang lebih beragam dan inklusif secara
global.
Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan dibiasakan nya menggunakan bahasa daerah ketika di lingkungan
rumah . Ataupun mengadakan sebuah kampanye dengan tema melestarikan bahasa
daerah supaya ada kesadaran akan keberagaman bahasa
- Pengaruh lunturnya bahasa Jawa dan Sunda
Ragam bahasa ini memperlihatkan tingkat kesopanan dan
hormat dalam komunikasi bahasa Jawa,
serta mencerminkan hierarki sosial dan budaya Jawa. Di dalam bahasa Sunda juga, Perkembangan zaman sekarang sangat
mempengaruhi lunturnya bahasa daerah. Masuknya budaya asing seperti budaya
barat itu juga mempengaruhi lunturnya bahasa daerah. Kurangnya komukasi antara
generasi muda dengan generasi tua juga bisa menyebabkan hal tersebut.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan
tersebut,sebagai generasi muda maka sebaiknya kita harus melestarikan budaya
bahasa daerah supaya keberagaman bahasa tidak hilang maka perlu lah
berkomunikasi yang aktif dengan orang terdahulu yang lebih paham akan bahasa
daerah tersebut. Dengan adanya
kebiasaan bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari baik di
rumah mempengaruhi penggunaan bahasa saat individu melakukan komunikasi sosial
di lingkungan. Agar individu tersebut dapat dengan mudah berinteraksi dan
melakukan hubungan sosial dilingkungan yang diperlukan adanya pemahaman pada
diri mahasiswa tentang maksud dari percakapan yang dilakukan bersama-sama teman
di lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ammar
Fahri, 2023. Keberagaman bahasa di Indonesia
https ://os c. medco m.id/ commun ity/k
eberaga man - bah as a- di- indones i a- 6331 , diakses 15 April 2024
Hasbie
Ash-Shiddieqiy, 2022. Keragaman Manusia dalam Tafsir An-Nur Karya Hasbie
Ash-Shiddieqiy
p-ISSN : xxxx-xxxxx (cetak)ǀ e-ISSN : xxxx-xxxx (online)
Website: https :/ /ejourn al.i ain - m anado.ac.
id/ind ex.ph p/mus tafid Vol. 1,
No. 2. (Juli-Desember) 2022
Nur Azizah
Rohmah, 2013. Perbedaan Tindak Tutur di Kalangan Mahasiswa Kebumen dan
Surakarta Dalam Percakapan
Nonresmi Suatu Tinjauan Sosiopragmatik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
semoga bermanfaat